kajianal-qur`an dan tafsir di perguruan tinggi keagamaan islam: perspektif integrasi ilmu dan berbagai wacana pendekatan Oleh Muhammad Syamsudin Mabadi Khaira Ummah, atau yang biasa disebut sebagai prinsip dasar fondasi menuju khaira ummah umat terbaik sudah dicanangkan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama yang saat itu masih berstatus HBNO Himpunan Besar Nahdlatul Oelama pada yajim 1992. Fondasi ini tertuang secara tegas lewat Keputusan Munas Alim Ulama di Lampung Nomor 04/Munas/1992 tentang Mabadi’ Khaira Ummah. Jika membaca hasil keputusan itu, cukup menarik melihat pesan sejarah yang turut diungkap menjadi bagian lahirnya Mabadi’ Khaira Ummah tersebut. Ada singgungan yang secara tegas disampaikan dalam bagian muqaddimahnya, yaitu hasil dari Konggres NU XIII Tahun 1935. Perlu diketahui bahwa Kongress NU XIII Tahun 1935 mengamanatkan bahwa kendala utama untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar dan menegakkan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah di tubuh Nahdlatul Ulama, salah satunya disebabkan karena lemahnya posisi ekonomi warga Nahdliyin. Untuk itulah maka diperlukan langkah antisipatif dan sekaligus membuka ruang inovasi agar kelemahan dalam bidang ekonomi itu bisa dijembatani sehingga gagasan menuju khaira ummah bisa tercapai. Nah, lahirnya Keputusan No. 04/MUNAS/1992 adalah termasuk kilas balik dan evaluasi terhadap langkah yang sudah diambil dalam pembangunan bidang ekonomi tersebut. Lalu dengan dikeluarkannya fondasi dasar khaira ummah Mabadi’ Khaira Ummah salah satunya adalah dengan harapan dapat dijadikan pilar/payung hukum sekaligus landasan gerak bagi warga Nahdliyin. Hasil dari Munas Lampung Tahun 1992 ini, sekaligus memberi mandat bagi diadakannya sosialisasi Mabadi’ Khaira Ummah melalui program lailatul ijtima’-lailatul ijtima’ di tubuh Nahdliyin khususnya pada wilayah ranting. Di tingkatan cabang, muncul gerakan pembai’atan yang fokusnya sebenarnya ditujukan sebagai wadah konsolidasi warga khususnya pengurus sehingga mereka bekerja secara konsekuen mewujudkan cita-cita NU. Cita-cita umum itu adalah upaya mewujudkan khaira ummah, dan salah satunya melalui pembangunan dunia ekonomi. Terkait dengan pembangunan di bidang ekonomi ini, Hadratussyeikh KH. Hasyim Asy’ari pernah secara khusus menyampaikan maklumat, yang bunyinya “Wahai pemoeda putera bangsa yang tjerdas pandai dan oestadz yang moelia, mengapa kalian tidak mendirikan saja soeatoe badan ekonomi jang beroperasi, di mana setiap kota terdapat satoe badan oesaha jang otonom.” Secara khusus maklumat ini diamanatkan dan dimuat dalam Statuten NU, Fatsal 3 Poin f, yang berbunyi “Mendirikan badan-badan oentoek memadjoekan oeroesan pertanian, perniagaan dan peroesahaan jang tiada dilarang oleh sjara’ Agama Islam.” Dengan menyimak bunyi Statuten ini, maka sebenarnya mandat pembangunan ekonomi itu sudah lama disuarakan oleh NU. Dan tahun 1992, merupakan tahun evaluasi, apakah sudah sampai pada yang dimaksud oleh Hadlratu al-Syeikh apa belum. Karena masih jauh, maka keluarlah Keputusan MUNAS tentang Mabâdi’ Khaira Ummah tersebut. Isi dari Mabadi’ Khaira Ummah hakikatnya ada tiga yang menjadi titik tekan nilai pentingnya dan sekaligus seharusnya menjadi sikap bagi pengurus sekaligus warga Nahdliyin pada umumnya, yaitu 1. Mengupayakan terbentuknya watak al-shidq jujur dan benar dalam setiap ucapan dan tindakan kecuali untuk hal yang dirasa dlarurat 2. Hendaknya pengurus dan warga naahdliyin memiliki sikap al-amanah wa al-wafa’ bi al-ahd, yaitu amanah dan sekaligus siap menepati janji konsekuen 3. Hendaknya warga Nahdliyin memupuk rasa saling ta’awun tolong menolong internal warga Nahdliyin secara khusus dan umumnya dengan umat Islam lainnya selagi tidak dalam urusan yang melanggar syara’ Dari ketiga sikap itu, muncul dua sikap lainnya yang hendaknya dipupuk yaitu sikap al-adâlah adil dalam tindakan dan tidak berat sebelah serta istiqâmah konsisten dalam mengupayakan tercapainya khaira ummah. Nah, setelah perjalanan selama kurang lebih 27 tahun dan 28 tahun untuk tahun 2020 yang akan datang, maka diperlukan langkah evaluatif. Langkah evaluatif itu adalah 1. Apakah selama ini LINU Lailatul Ijtima’ NU sudah berhasil menyosialisasikan mabadi’ khaira ummah tersebut? 2. Apakah tujuan dari pembangunan ekonomi dan kemandirian umat ini sudah terlaksana oleh masing-masing pengurus dan setiap warga Nahdliyin? 3. Jika sudah, maka langkah apa selanjutnya yang perlu diambil guna mewujudkan prinsip pembangunan ekonomi dalam rangka terbentuknya khaira ummah tersebut? 4. Jika belum, apa yang menjadi kendala bagi terlaksananya gerakan ekonomi itu? Ke depan, umat Islam Indonesia akan berhadapan dengan Revolusi Industri Tentu langkah mewujudkan khaira ummah ini akan menjadi semakin berat dibanding tantangan yang muncul di era Mbah Wahab ketika beliau berinisiatif mendirikan Nahdlatu al-Tujjar dengan prinsip Syirkah Inan. Jika era Mbah Wahab, konteks zaman yang dihadapi adalah ekonomi kolonialisme, maka di era sekarang, yang dihadapi bukan lagi sekedar ekonomi kolonial berbasis monopoli pasar, melainkan juga generasi milenial yang memiliki watak berbeda dengan generasi Mbah Wahab. Di Era Mbah Wahab, generasi Islam yang dihadapi adalah generasi santri yang terbuai dengan pesan-pesan romantis teks keagamaan, menjauhi dunia, tajrid, dan lain sebagainya yang menghendaki didobrag. Era sekarang justru merupakan kebalikannya. Era sekarang adalah era ekonomi kreatif yang bisa diciptakan melalui berbagai saluran dengan memanfaatkan peran teknologi. Lantas, khaira ummah yang dikehendaki itu yang bagaimana lagi sekarang? NU akan berperan memberi warna terhadap generasi milenial-kah atau tetap bertahan dan berkutat pada nuansa-nuansa keagamaan dengan fokus pada kajian kitab saja? Kiranya, 27 tahun perjalanan Keputusan Mabadi Khaira Ummah memerlukan langkah antisipatif dan inovatif ke depan. Bagaimanapun, setelah ada fondasi, maka bangunan yang di atasnya adalah mengikuti fondasi itu bagaimana dikonsepsikan. Asesoris dinding bangunan rumah ke-NU-an ini tergantung pada generasi muda yang dimilikinya. Ingat bahwa, potensi kader NU terakhir untuk generasi yang berada di kisaran minimal usia 17 tahun adalah sebesar 79,04 juta jiwa dari seluruh muslim Indonesia. Sebuah potensi kader yang luar biasa besarnya yang merupakan modal dasar tersendiri bagi NU. Modal menuju khaira ummah yang dicita-citakan. Mari fokus mewujudkan! Penulis adalah Wakil Sekretaris Bidang Maudluiyah – PW LBM NU Jawa Timur, dan Peneliti Bidang Ekonomi Syariah – Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur Gerakanpengembangan ekonomi di NU terus digiatkan mengingat hanya dengan upaya itu NU berkembang secara mandiri. Apa yang saat itu dikenal dengan economischemobilisatie, adalah upaya untuk mengembangkan ekonomi rakyat. Jakarta - Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. Ali 'Imran/3104. Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. Ali 'Imran/3110.Ummah adalah masyarakat yang diidealkan di dalam Al-Qur'an dan dipraktekkan sejak Nabi MuhammaSaw. Konsep khaira ummah menurut kedua ayat tersebut di atas ialah suatu komunitas masyarakat yang senantiasa menyerukan kepada kebaikan yad'un ila al-khair dan menyuruh kepada yang ma'ruf ya'murun bi alm'ruf, dan mencegah kemungkaran yanhauna 'an al-munkar. Kalangan mufassir menafsirkan kata al-khair sebagai kebaikan yang bersifat particular, termasuk di dalamnya karifan lokal local wishdom. Sedangkan kata al-ma'ruf lebih bermakna kebaikan yang bersifat universal. Untuk kebaikan particular masih perlu digunakan pendekatan persuasive, dari bawah ke atas da'wah. Sedangkan kebenaran universal yang sudah menjadi common sense sudah perlu ditegaskan amr. Perincian khaira ummah dijelaskan dalam ayaat berikutnya Menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Penjabaran konsep khaira ummah dalam ayat tersebut di atas menurut kalangan tafsir ialah menebarkan energi positif terutama kepada umat manusia tanpa membedakan jenis kelamin, golongan, etnik, kewaarganegaraan, warna kulit, agama, dan kepercayaannya masing-masing. Tidak termasuk khaira ummah bagi orang yang suka menghina dan menghujat orang lain. Kebenaran dan keadilan memang perlu ditegakkan tetapi dengan cara-cara terhormat dan bermartabat. Allah Swt mengenyampingkan pendekatan kekerasan di dalam menyelesaikan persoalan umat. Atas nama apapun, untuk siapapun, kepada siapapun, dan dari manapun, kekerasan tidak pernah ada tempatnya di dalam Islam. Allah Swt sendiri menegaskan La ikraha fi al-din Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam/ al-Baqarah/2256. Allah Swt menegaskan perlunya mengutamakan pendekatan kemanusiaan di dalam menyelesaikan setiap persoalan di antara umat manusia, Karena Allah Swt sendiri memuliakan manusia tanpa membedakan etnik, agama, dan kepercayaan, sebagaimana ditegaskan Wa laqad karramna Bani Adam Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam/ Al-Isra'/1770. Umat yang ideal selalu menebarkan kedamaian, persaudaraan, kerjasama satu sama lain. Dalam Islam tidak ada larangan untuk berbuat baik dan bekerjasama dengan orang-orang non-muslim. Nabi Muhammad aw senndiri mencontohkan terbuka menerima kehadiran non-muslim di dalam lingkungan pemerintahannya. Salman al-Farisi, arsitek perang Nabi, sudah lama bergabung dengan Nabi seblum ia menjadi muallaf di akhir hayat Nabi. Demikian pula praktek para sahabat dan tabi'in, selalu memberi ruang terhadap kelompok non-muslim. lus/lus
A KHAIRA UMMAH atau umat terbaik sesuai (Surat Ali Imran, ayat 110): “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah. 1) Ada empat hal yang tersirat dalam ayat ini, yakni 1. konsep umat terbaik, 2. aktivisme sejarah, 3. Pentingnya kesadaran dan 4.
BerandaKe- NU-anKe-NU-an Bag. 8 Apakah Mabadi' Khaira Ummah itu ? A. PENGERTIAN MABADI’ KHAIRA UMMAH Mabadi’ Khaira Ummah artinya langkah-langkah awal menuju terwujudnya umat yang ideal seperti yang dicita-citakan. Langkahlangkah itu adalah perilaku akhlak yang diharapkan dimiliki oleh NU dan kaum Nahdliyin Mabadi’ Khaira Ummah merupakan langkah awal pembentukan umat terbaik khaira ummah yaitu suatu umat yang mampu melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar. Dengan demikian Mabadi’ Khaira Ummah sesuai dengan Firman Allah surat Ali Imron ayat 110, yang berbunyiكُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَArtinya “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mncegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka di antara mereka yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. Gerakan Mabadi Khaira Ummah sudah dilakukan oleh Nahdlatul Ulama’ sejak tahun 1935. Pada waktu itu gerakan Mabadi Khaira Ummah diarahkan kepada penggalangan warga untuk mendukung progam pembangunan ekonomi NU. Salafush sholih yakni orang-orang terdahulu yang sholih dan mendapatkan petunjuk dalam urusan Agama Islam. Mabadi’ Khaira Ummah artinya langkah-langkah awal menuju terwujudnya umat yang ideal seperti yang dicita-citakan. B. SEJARAH PERUMUSAN MABADI KHAIRA UMMAH Islam merupakan akhlakul karimah, budi pekerti mulia pada tempat yang sangat tinggi, seakan-akan Rasulullah SAW diutus hanya untuk membina akhlak yang mulia. Pembinaan akhlak di kalangan Nahdlatul Ulama NU dilakukan dalam semua kegiatan organisasi dan kemasyarakatan, termasuk dalam kegiatan peribadatan. Tidak hanya dengan nasehat-nasehat tetapi juga langsung dilakukan dengan perbuatan, seperti gotong-royong mendirikan madrasah, masjid, jembatan desa, ta’ziyah, tahlil, dakwah, dan lain sebagainya. Sementara itu kebutuhan utama NU akhir-akhir ini semakin berkembang, sesuai dengan perkembangan NU sebagai suatu oragnisasi massa yang besar. Meskipun tingkat perekat budaya di antara warga NU tinggi, kita melihat kenyataan tentang lambannya proses pengembangan tata organisasinya. Hampir di semua tingkat kepengurusan, pelaksanaan program masih terlihat kelemahan manajemen sebagai masalah serius. Menyongsong tugas-tugas berat di masa mendatang, persoalan pembinaan taat organisasi ini perlu ditangani. Nahdlatul Ulama NU juga melakukan kegiatan pembinaan akhlak dengan menanamkan serangkaian akhlak yang disebut “Mabadi’ Khaira Ummah” pada zaman kepemimpinan KH. Machfudz Shiddiq. Pada waktu itu Mabadi’ Khaira Ummah baru terdiri dari 3 tiga butir, yaitu ash-shidqu, al-amanah, dan at-ta’awun. Pada Munas Alim Ulama NU di Lampung tahun 1992, tiga butir itu di tambah dengan dua butir lagi, yaitu al-adalah dan al-istiqamah. Juga ada informasi yang menyebutkan bahwa butir kedua adalah alwafau bil ahdi, yang artinya tepat janji. Mabadi’ khaira ummah dikampanyekan NU karena didorong oleh keinginan meningkatkan kualitas sumber daya manusia NU, terutama dalam bidang perekonomian yang terbelakang Ulama NU melakukan kegiatan pembinaan akhlak dengan menanamkan serangkaian akhlak yang disebut “Mabadi’ Khaira Ummah. C. MABADI’ KHAMSAH Semula mabadi’ Khaira Ummah hanya tiga butir nilai utama, yaitu As-Shidqu, Al-Amanah wal Wafa bil ahdi, dan At-Ta’awun. Untuk menjawab tuntutan zaman dan timbulnya berbagai macam perubahan, maka perlu ditambahkan butir-butir baru sebagai pelengkap. Butirbutir tambahan itu telah disepakati dalam Munas Alim Ulama di Bandar Lampung 21-25 Januari 1992 yaitu Al-Adalah dan Al-Istiqamah. Dengan demikian, gerakan Mabadi’ Khaira Ummah NU saat ini terdiri atas lima butir nilai terpuji yang dapat pula di sebut sebagai “Al-Mabadi’ Al-Khamsah”, yaituAs-Shidqu yang artinya kejujuran/kebenaran, kesungguhan dan keterbukaanAl-Amanah wal Wafa bil ahdi yang artinya dapat dipercaya, setia dan tepat janjiAl-Adalah artinya bersikap adil, obyektif tidak memihak, dan taat asas peraturanAt-Ta’awun yakni tolong menolong, setia kawan dan gotong royong dalam kebaikan dan takwaAl-Istiqamah atau ajeg-jejeg, yang artinya berkesinambungan dan berkelanjutan. Mabadi’ Khaira Ummah NU saat ini terdiri atas lima butir nilai terpuji yang dapat pula di sebut sebagai “Al-Mabadi’ Al-Khamsah”, yaitu ash-shidqu, al-amanah, at-ta’awun, al-adalah dan al-istiqamah. Wallahu A’lam … MWCNU Widasari
Muhammadiyahmerujuk pada Al Quran Surat Saba’ ayat 15 ‘baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur’, yang artinya sebuah negeri yang baik dan berada dalam ampunan Allah SWT. Kalimat tersebut oleh Muhammadiyah ditafsirkan sebagai Negara Pancasila. Sedangkan bagi NU jihad adalah sebagai mabadi’ khaira ummah, yaitu bersungguh-sungguh
Jakarta - Gerakan pengembangan ekonomi di NU terus digiatkan mengingat hanya dengan upaya itu NU berkembang secara mandiri. Apa yang saat itu dikenal dengan economischemobilisatie, adalah upaya untuk mengembangkan ekonomi rakyat. Namun demikian usaha ini juga mencakup bidang eksor impor dengan mendirikan importhandel dan exporthendel yang mengatur seluruh perdagangan luar negeri. Demikian diputuskan dalam Muktamar NU di Menes Banten menindaklanjuti hal itu maka pada Muktamar NU di Magelang 1939 ditetapkanlah prinsip-prinsip pengembangan sosial dan ekonomi yang tertuang dalam Mabadi Khaira Ummah, yaitu pertama, ash-shidqu benar tidak berdusta; kedua, al-wafa bil ahd menepati janji dan ketiga at-ta’awun tolong-menolong. Ini dikenal dengan ”mabadi khaira ummah ats-Tsalasah” Trisila Mabadi. Sebagai kelanjutan usaha itu pada tahun 1940, Ketua HB NU KH Machfud Shiddiq penggagas mabadi ini berkunjung ke Jepang untuk melakukan kerja sama juga Biografi KH. Mahfudz SiddiqSesuai dengan perkembangan zaman dan kemajuan ekonomi, maka kemudian dalam Munas NU di Lampung 1992 mabadi khaira ummah ats-tsalatsah itu dikembangkan lagi menjadi mabadi khaira ummah al-khamsah Pancasila Mabadi dengan menambahkan prinsip adalah keadilan dan istiqamah konsistensi, keteguhan. Bahkan menurut KH Ahmad Siddiq dalam negara yang berdasarkan Pancasila maka mabadi ini digunakan sebagai sarana mengembangkan masyarakat Pancasila, yaitu masyarakat sosialis religius yang dicita-citakan oleh NU dan oleh pengembangan sosial ekonomi yang dirumuskan para ulama ini kelihatannya sangat sederhana, tetapi memiliki arti yang sangat besar dan sekaligus mendalam. Sesuai dengan prinsip bisnis modern, maka as-shidqu trust memiliki posisi sangat penting dalam pengembangan bisnis. Apalagi wafa bil ahd menepati janji merupakan indikasi bonafide tidaknya sebuah organisasi atau lembaga bisnis. Prinisip keadilan dan konsistensi sangat perlu ditegaskan saat ini karena di tengah sistem kapitalis, keadilan menjadi sangat langka, karena itu perlu ditegaskan seringkali masalah moral ekonomi diabaikan dalam kenyataan. Semua masyarakat menghendaki adanya moral dalam ekonomi, justru karena semakin langka itu kehadirannya semakin dibutuhkan, karena hal itu yang akan memungkinkan ekonomi berjalan, ketika hukum masih bisa dipercayai, ketika transaksi masih bisa dipegangi dan ketika kesepakatan masih bisa saling dihormati. Prinsip moral yang melandasi keseluruhan relasi sosial terutama dalam bidang ekonomi itulah yang dikehendaki oleh mabadi khaira ummah, untuk menciptakan kehidupan saling percaya sehingga memungkinkan dilakukan kerja juga Pemberdayaan Ekonomi Nahdlatul UlamaMabadi Khaira UmmahPerlu dicermati perbedaan konteks zaman antara masa gerakan mabadi khaira ummah pertama kali dicetuskan dan masa kini. Melihat besar dan mendasarnya perubahan sosial yang terjadi dalam kurun sejarah tersebut, tentulah perbedaan konteks itu membawa konsekuensi yang tidak kecil. Demikian pula halnya denangan perkembangan kebutuhan interal NU sendiri. Oleh karena itu perlu dilakukan beberapa penyesuaian dan pengembangan dari gerakan mabadi khaira ummah yang pertama agar lebih jumbuh dalam konteks semula mabadi khaira ummah tiga butir, maka dua butir perlu ditambahkan untuk mengantisipasi persoalan kontemporer, yaitu adalah dan istiqamah, yang dapat pula disebut dengan al-Mabadi al-Khamsah dengaan kerincian berikut ini1. Ash-ShidquButir ini mengandung arti kejujuran atau kebenaran, kesunguhann. Jujur dalam arti satunya kata dengan perbuatan ucapan dengan pikiran. Apa yang diucapkan sama dengan yang dibatin. Tidak memutarbalikkan fakta dan meberikan informasi yang menyesatkan, jujur saat berpikir dan bertransaksi. Mau mengakui dan menerima pendapat yang lebih Al-Amanah wal Wafa bil AhdiAl-Amanah wal Wafa bil Ahdi adalah melaksanakan semua beban yang harus dilakukan terutama hal-hal yang sudah dijanjikan. Karena itu kata tersebut juga diartikan sebagai dapat dipercaya dan setia dan tepat pada janji, baik bersifat diniyah maupun ijtimaiyah. Semua ini untuk menghindarkan berapa sikap buruk seperti manipulasi dan berkhianat. Manah ini dilandasi kepatuhan dan ketaatan pada Al-’AdalahIni adalah berarati bersikap obyektif, proporsional dan taat asas, yang menuntut setiap orang menempatkan segala sesuatu pada tempatnya, jauh dari pengaruh egoisme, emosi pribadi dan kepentingan pribadi. Distorsi semacam itu bisa menjerumuskan orang pada kesalahan dalam bertindak. Dengan sikap adil, proporsional dan obyektif relasi sosial dan transaksi ekonomi akan berjalan lancar saling At–Ta’awunAt-Ta’awun atau tolong-menolong merupakan sendi utama dalam tata kehidupan masyarakat, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan pihak lain. Ta’awun berarti bersikap setiakawan, gotongroyong dalam kebaikan dan dan taqwa. Ta’awaun mempunyai arti timbal balik, yaitu memberi dan menerima. Oleh karena itu sikap ta’awun mendorong orang untuk bersikap kreatif agar memiliki sesuatu untuk disumbangkan pada yang lain untuk kepentingan bersama, yang ini juga berarti langkah untuk mengkonsolidasi IstiqamahIstiqamah di sini dalam pengertian teguh, jejeg ajek dan konsisten. Tetap teguh dengan ketentuan Allah dan Rasulnya dan tuntunan para salafus shalihin dan aturan main serta rencana yang sudah disepakati bersama. Ini juga berarti kesinambungan dan keterkaitan antara satu periode dengan periode berikutnya, sehingga kesemuanya merupakan kesatuan yang saling menopang seperti sebuah bangunan. Ini juga berarti bersikap berkelanjutan dalam sebuah proses maju yang tidak kenal henti untuk mencapai juga Perilaku Kemasyarakatan dan Keekonomian Warga Nahdlatul UlamaKebangkitan kembali prinsip Mabadi Khaira Ummah ini didorong oleh kebutuhan-kebutuhan dan tantangan nyata yang dihadapi oleh NU khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya. Kemiskinan dan kelangkaan sumber daya manusia, kemerosotan budaya dan mencairnya solidaritas sosial adalah keprihatinan yang dihadapi bangsa Indonesia umumnya dan NU pada nilai-nilai universal butir-butir Mabadi Khaira Ummah dapat dijadikan sebagai jawaban langsung bagi problem-problem sosial yang dihadapi masyarakat dan bangsa ini. Mun’im DZ Editor, Piagam Perjuangan Kebangsaan. Jakarta Setjen PBNU, 2011.* Diikhtisarkan dari Muktamar NU di Magelang 1939 dan Munas NU di Lampung 1992
Prinsipdasar yang melandasinya disebut “Mabadi Khaira Ummah”. Kalimat Khaira Ummah diambil dari kandungan Al-Quran Surat Ali Imran ayat 110 yang Artinya “Ka
Nahdlatul Ulama adalah Jamiah Diniah Islamiah, didirikan oleh para ulama yang memiliki kesamaan visi dan misi keagamaan Islam Ahlussunnah Waljamaah. Paham ini bersumber dari sebutan yang dinyatakan oleh Nabi Muhammad saw, yaitu Ahlussunnah “maa ana alaihi al yauma wa ashaabii” Apa yang aku berada di atasnya bersama para sahabatku.Dengan kata lain Ahlussunnah Waljamaah adalah ajaran wahyu Allah yang nabi Muhammad sampaikan kepada para sahabatnya dan diamalkan olehnya bersama para terletak pada keterpaduan iman, Islam, dan ihsan yang tercermin pada cara berpikir, bersikap, dan berprilaku dalam seluruh aspek mewujudkan dan mengamalkan ajaran Ahlussunnah Waljamaah tersebut, segenap anggota jamiah Nahdlatul Ulama terpanggil untuk untuk menjadikan dirinya sebagai pelaksana dan pelaku tugas atau misi jamiah sesuai dengan tanggung jawab mereka mutlak bagi segenap anggota jamiah terutama para pemimpin harus memiliki karakter pejuang. Pada hakikatnya Jamiah Nahdlatul Ulama adalah medan pengabdian dan masuk akal apabila seorang pemimpin tidak memiliki karakter pejuang yang tercermin pada kepribadiannya. Kepribadian dan identitas pejuang NU menandai karakteristik yang berbeda dengan orang lain dalam praktik sehari-hari di dalam melaksanakan ibadah dan sebenarnya menjadi tujuan NU yang sejak awal berdirinya dikenal dengan “Mabadi Khaira Ummah”.Pengertian Mabadi Khaira UmmahMabadi Khaira Ummah adalah prinsip-prinsip dasar yang melandasi terbentuknya umat yang terbaik. Gerakan Mabadi Khaira Ummah merupakan langkah awal pembentukan umat terbaik khaira ummah yaitu suatu umat yang mampu melaksanakan tugas-tugas Waljamaah yang merupakan bagian terpenting dari kiprah Nahdlatul sendi tersebut mutlak diperlukan dalam menopang terwujudnya tata kehidupan yang diridhai Allah sesuai dengan cita-cita Nahdlatul makruf adalah mengajak dan mendorong perbuatan, baik yang bermanfaat bagi kehidupan duniawi dan ukhrawi, sedangkan Nahi munkar adalah menolak dan mencegah segala yang dapat merugikan, merusak, dan merendahkan nilai-nilai kehidupan dan karena itu, amar makruf dan nahi munkar merupakan dua sendi yang tidak dapat dipisahkan untuk mencapai kebahagiaan lahiriah dan dasar yang melandasinya disebut Mabadi Khaira Ummah. Kalimat khaira ummah diambil dari kandungan Alquran surat Ali Imran ayat 110 yang berbunyi كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنڪَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّ Artinya Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah... QS. Ali Imran 110 Isi dan Tujuan Mabadi Khaira UmmahSebagaimana dijelaskan di atas, gerakan tujuan Mabadi Khaira Ummah yang pertama diarahkan kepada penggalangan warga untuk mendukung program pembangunan ini menjadi perhatian serius saat ini, sebagaimana hasil keputusan muktamar NU ke 28 di Yogyakarta tahun 1989 yang mengamanatkan kepada Pengurus Besar Nahdlatul Ulama agar menangani masalah sosial dan ekonomi secara lebih itu, kebutuhan strategis NU dewasa ini semakin berkembang. NU telah tumbuh menjadi satu organisasi masa besar. Meskipun tingkat kohesi kultural diantara warga sangat tinggi, kita tidak dapat mengingkari kenyataan, betapa lamban proses pengembangan tata hampir semua tingkat kepengurusan dan realisasi program masih terlihat kelemahan manajemen sebagai problem serius. Menyongsong tugas-tugas berat di masa datang, persoalan pembinaan tata organisasi ini perlu segera ditelaah lebih dalam, nyatalah bahwa prinsip-prinsip dasar yang terkandung dalam Mabadi Khaira Ummah tersebut memang amat relevan dengan dimensi personal dalam pembinaan manajemen organisasi, baik organiasasi usaha bisnis maupun organisasi sosial organisasi yang baik membutuhkan sumberdaya manusia yang tidak saja terampil, tetapi juga harus berkarakter terpuji dan bertanggung jawab. Dalam pembinaan organisasi NU kualitas sumberdaya manusia semacam ini jelas demikian, gerakan Mabadi Khaira Ummah tidak saja relevan dengan program pengembangan ekonomi, tetapi juga pembinaan organisasi pada akan menjadi arah strategis pembangkitan kembali gerakan Mabadi Khaira Ummah kita nantinya, di samping bahwa sumberdaya manusia yang dapat dikembangkan melalui gerakan ini pun akan menjadi kader-kader unggul yang siap berkiprah aktif dalam mengikhtiarkan kemaslahatan umat, bangsa, dan negara pada Prinsip Mabadi Khaira UmmahPada Musyawarah Nasional Alim Ulama Nahdlatul Ulama di Lampung tahun 1992, gerakan Mabadi Khaira Ummah kembali dimunculkan ke permukaan dan bahkan lebih dikembangkan Khaira Ummah yang pada asalnya hanya terdiri dari tiga prinsip, yaitu Asshidqu, Alamanah / Alwafa bil Ahdi, dan Attaawun sebagaimana yang dirumuskan oleh KH. Mahfudz Shiddiq selaku ketua PBNU pada tahun dalam Munas Alim Ulama dan Konbes NU di Bandar Lampung tahun 1992, tiga prinsip tersebut ditambah dua poin lagi yakni Aladalah dan Alistiqomah, sehingga menjadi lima prinsip dan disebut juga sebagai “Mabadi Khaira Ummah”.Dasar pemikiran adanya penambahan tersebut adalah perbedaan tantangan situasional yang berbeda antara tahun 1935 dan tahun-tahun mendatang. Selain itu juga adanya perbedaan sasaran yang ingin pada waktu itu hanya pembentukan jati diri dan watak warga, sedangkan sekarang ini diharapkan sebagai modal dasar bagi pembentukan tata kehidupan baru yang lebih ini adalah uraian pengertian yang telah dikembangkan dari kelima butir “al Mabadi al Khomsah” tersebut disertai kaitan dengan orientasi-orientasi spesifiknya sesuai dengan kerangka tujuan yang telah dijelaskan 5 prinsip Mabadi Khaira Ummah 1. As-shidqu memiliki integritas kejujuranAs-shidqu artinya kejujuran pada diri sendiri, sesama dan kepada Allah sebagai pencipta. Asshidqu mengandung arti juga kebenaran, kenyataan, kesungguhan dan keterbukaan. Kejujuran dan kebenaran adalah satunya kata dengan perbuatan, ucapan dengan pikiran. Apa yang diucapkan sama dengan yang dalam hal ini berarti tidak plin plan dan tidak dengan sengaja memutarbalikkan fakta atau memberikan informasi yang menyesatkan, dan tentu saja jujur dalam berinteraksi dan jujur dalam bertukar dalam berinteraksi artinya menjauhi segala bentuk penipuan demi mengejar keuntungan. Jujur dalam bertukar pikiran artinya mencari maslahat dan kebenaran serta bersedia mengakui dan menerima pendapat yang lebih yang berkaitan dengan hal ini antara lain Firman Allah dalam Surat At Taubah ayat 119 يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَكُونُواْ مَعَ ٱلصَّـٰدِقِينَ ١١٩ Artinya Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. QS. At Taubah 119 Sabda Rasulullah sawعَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَاِنَّ الصِّدقَ يَهْدِيْ اِلَى الْبِرِّوَاِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ اِلَى الْجَنَّةِ وَمَايَزَالُ الرَّجُلُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتّى يُكْتَبَ عِنْدَاللّهِ صِدِّيْقًا متفق عليهArtinya Tetaplah kamu jujur benar, karena jujur itu menunjukan kepada kebaktian, dan kebaktian itu menunjukan kepada surga. Seorang laki-laki senantiasa jujur dan mencari kejujuran sampai dicatat disisi Allah sebagai orang yang jujur. H. Muttafaq AlaihKesungguhan berarti berusaha dengan sungguh-sungguh mujahadah dalam melaksanakan berbagai ikhtiar dan tugas, baik yang berhubungan dengan Allah hablum minallah maupun tugas-tugas kemasyarakatan hablum minannas.Rasulullah besabda اَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا, وَمَنْ كَانَتْ فِيْهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيْهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتّى يَدَعَهَا اِذَااؤْتُمِنَ خَانَ وَاِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَاِذَاعَاهَدَ غَدَرَ وَاِذَا خَاصَمَ فَجَرَ رواه البخاريArtinya Empat hal, yang apabila ada pada seseorang maka orang itu menjadi munafik murni, dan apabila seseorang memiliki satu sifat dari empat hal itu maka ia memiliki satu sifat munafik sampai ia meninggalkannya. Empat hal itu ialah apabila dipercaya ia berkhianat, apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia mengkhianati, dan apabila bermusuhan ia berbuat jahat. BukhoriKeterbukaan merupakan sikap yang lahir dari kejujuran demi menghindarkan saling curiga, kecuali dalam hal-hal yang harus dirahasiakan karena alasan pengamanan dan karena tidak semua keadaan harus diberitakan, sebagaimana petunjuk Allah dan teladan Allah swt أُوْلَـٰٓٮِٕكَ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْ‌ۖ وَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡمُتَّقُونَ ١٧٧ Artinya Mereka itulah orang-orang yang benar [imannya]; dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. QS. Al Baqarah 177 Keterbukaan ini dapat menjadi faktor yang ikut menjaga kohesivitas organisasi dan sekaligus menjamin berjalannya fungsi kontrol. Namun dalam hal-hal tertentu memang diperbolehkan untuk menyembunyikan keadaan sebenarnya atau menyembunyikan informasi seperti telah disinggung di tersebut harus mengacu pada syarak, misalnya dalam mengusahakan perdamaian dan memecahkan masalah kemasyarakatan yang sulit demi kemaslahatan merupakan salah satu sifat para nabi sebagaimana disebutkan dalam beberapa ayat Alquran sebagai berikut. وَٱذۡكُرۡ فِى ٱلۡكِتَـٰبِ إِبۡرَٲهِيمَ‌ۚ إِنَّهُ ۥ كَانَ صِدِّيقً۬ا نَّبِيًّا ٤١ Artinya Ceritakanlah [hai Muhammad] kisah Ibrahim di dalam Al Kitab [Al Qur’an] ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi. QS. Maryam 41 Kebalikan dari As-shidqu adalah al Kizbu dusta, satu sifat yang tidak terpuji dan termasuk di antara tanda-tanda kemunafikan. Rasulullah bersabda وَاِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَاِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ اِلَى الْفُجُوْرِ وَاِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ اِلَى النَّارِ, وَمَا يَزَالُ الْعَبْدُ وَيَتَحَرَّى الكَذِبَ حَتّى يُكْذَبَ عِنْدَ اللّهِ كَذَّابًا متفق عليهArtinya Jauhilah sifat dusta karena dusta itu menunjukkan kepada durhaka, dan durhaka itu menunjukkan kepada neraka. Seorang laki-laki senantiasa dusta dan mencari kedustaan sampai dicatat di sisi Allah sebagai orang yang dusta. Muttafaq alaihآيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ اِذَا حَدَثَ كَذَبَ وَاِذَا وَعَدَ اَخْلَفَ وَاِذَااؤْتُمِنَ خَانَ رواه البخري ومسلمArtinya Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga apabila berkata selalu dusta, apabila berjanji selalu tidak ditepati, dan apabila dipercaya selalu berkhianat. HR. Bukhori Muslim2. Al amanah wal wafa bil ahdi terpercaya dan taat memenuhi janjiButir ini memuat dua istilah yang saling kait, yakni al amanah dan al wafa bil’ahdi. Yang pertama secara lebih umum meliputi semua beban yang harus dilaksanakan, baik ada perjanjian maupun tidak, sedang yang disebut belakangan hanya berkaitan dengan istilah ini digabungkan untuk memperoleh satu kesatuan, pengertian Al amanah wal wafa bil ahdi artinya meliputi dapat dipercaya, setia dan tepat dipercaya adalah sifat yang dilekatkan pada seseorang yang dapat melaksanakan semua tugas yang dipikulnya, yang bersifat diniah maupun ijtima’iyyah kemasyarakatan. Ini berarti manusia harus berdisiplin atas segala yang menjadi tugas dan tanggung sifat ini orang yang akan terhindar dari segala bentuk pembengkalaian dan manipulasi tugas atau Allah إِنَّ ٱللَّهَ يَأۡمُرُكُمۡ أَن تُؤَدُّواْ ٱلۡأَمَـٰنَـٰتِ إِلَىٰٓ أَهۡلِهَا Artinya Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, ... QS. An Nisa 58 Sabda Rasulullah اَدِّالْاَمَانَةَ اِلَى مَنِ ائْتَمَنَكَ وَلَاتَخُنْ مَنْ خَانَكَ.... رواه الترمذىArtinya Sampaikanlah amanat itu kepada orang yang memberi kepercayaan kepadamu, dan jangan mengkhianati orang yang berkhianat kepadamu. HR. TurmudziLawan dari amanah adalah khianat, termasuk salah satu unsur nifak. Setia mengandung perngertian kepatuhan dan ketaatan kepada Allah dan pemimpin atau penguasa sepanjang tidak memerintahkan untuk berbuat maksiat mendurhakai Allah. يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَأُوْلِى ٱلۡأَمۡرِ مِنكُمۡ‌ۖ Artinya Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul [Nya], dan ulil amri di antara kamu... QS. An Nisa 59 Tepat janji mengandung arti melaksanakan semua perjanjian, baik perjanjian yang dibuatnya sendiri maupun perjanjian yang melekat karena kedudukannya sebagai mukalaf, meliputi janji pemimpin terhadap yang dipimpinnya, janji antar sesama anggota masyarakat, antar sesama anggota keluarga dan setiap individu yang lain. Menyalahi janji termasuk salah satu unsur nifak. يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَوۡفُواْ بِٱلۡعُقُودِ‌ۚ Artinya Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu [QS. Al Maidah 1] Ketiga sifat di atas dapat dipercaya, setia dan tepat janji menjamin integritas pribadi dalam menjalankan wewenang dan dedikasi terhadap al amanah walwafa bil’ahdi itu sendiri, bersama-sama dengan asshidqu, secara umum menjadi ukuran kredibilitas yang tinggi dihadapan pihak lain, yaitu satu syarat penting dalam membangun berbagai Al adalah tagak lurus dalam meneguhkan rasa adil dan keadilanBersikap adil al adalah artinya objektif, proporsional dan taat asas. Butir ini mengharuskan orang berpegang kepada kebenaran objektif dan menempatkan segala sesuatu pada penilaian sangat mungkin terjadi akibat pengaruh emosi, sentimen pribadi atau kepentingan egoistik. Distorsi semacam ini dapat menjerumuskan orang ke dalam kesalahan fatal dalam mengambil sikap terhadap suatu sudah tentu adalah kekeliruan bertindak yang bukan saja tidak menyelesaikan masalah, tetapi bahkan menambah-nambah keruwetan. Lebih-lebih jika persoalannya menyangkut perselisihan di antara berbagai pihak. Dengan sikap objektif dan proporsional, distorsi semacam ini dapat Allah وَإِذَا حَكَمۡتُم بَيۡنَ ٱلنَّاسِ أَن تَحۡكُمُواْ بِٱلۡعَدۡلِ‌ۚ Artinya ...dan [menyuruh kamu] apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil... QS. An Nisa 58 إِنَّ ٱللَّهَ يَأۡمُرُ بِٱلۡعَدۡلِ وَٱلۡإِحۡسَـٰنِ Artinya Sesungguhnya Allah menyuruh [kamu] berlaku adil dan berbuat kebajikan ... QS. An Nahl 90 وَأَقۡسِطُوٓاْ‌ۖ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُقۡسِطِينَ ٩ Artinya dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. QS. Al Hujurat 9 Implikasi lain dari al’adalah adalah kesetiaan pada aturan main correct dan rasional dalam membuat keputusan, termasuk dalam alokasi sumber daya dan tugas. Prinsipnya adalah the right man on the right place menempatkan personal sesuai dengan bidang kecakapannya.Kebijakan memang seringkali diperlukan dalam menangani masalah-masalah tertentu. Namun semua harus tetap di atas landasan asas bertindak yang disepakati Atta'awun saling menolongAtta'awun adalah sendi dalam tata kehidupan masyarakat. Yaitu manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup tanpa berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya. Prinsip ini mengandung pengertian tolong menolong, setia kawan, dan gotong royong dalam mewujudkan kebaikan dan Mawardi mengaitkan pengetian al-birr kebaikan dengan kerelaan manusia, sedangkan at takwa ketakwaan dengan kerelaan attaawun menjunjung tinggi sikap solidaritas sesama manusia dan berinteraksi bahu membahu dalam hal kebaikan, baik bersifat material maupun spiritual. Sebaliknya attaawun bukanlah prinsip dasar untuk menopang tindakan destruktif yang dapat memperburuk kondisi sosial budaya atta'awun juga mengandung pengertian timbal balik dari masing-masing pihak untuk memberi dan menerima. Oleh karena itu, sikap attaawun mendorong setiap orang untuk berusaha dan bersikap kreatif agar dapat memiliki sesuatu yang dapat disumbangkan kepada orang lain dan kepada kepentingan bersama. Mengembangkan sikap attaawun berarti juga mengupayakan berfirman وَتَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡبِرِّ وَٱلتَّقۡوَىٰ‌ۖ وَلَا تَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوَٲنِ‌ۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ‌ۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ ٢ Artinya Dan tolong-menolonglah kamu dalam [mengerjakan] kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. QS. Al Maidah 2 Sabda Rasulullah وَاللّهُ فِيْ عَوْنِ الْعَبْدِمَا كَانَ الْعَبْدُفِيْ عَوْنِ اَخِيْهِ رواه مسلمArtinya Allah selalu menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya. HR. Muslim5. Al Istiqomah konsistenAl istiqomah dalam mabadi khaira ummah mengandung arti ajeg-jejeg, kesinambungan, keberlanjutan dan kontiniutas. Ajeg-jejeg artinya tetap dan tidak bergeser dari jalur thariqah sesuai dengan ketentuan Allah, Rasul-Nya, para salaf al salih dan aturan yang telah disepakati artinya keterkaitan antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lain dan antara periode satu dengan periode yang lain sehingga semuanya merupakan satu kesatuan yang saling menopang dan terkait seperti sebuah kontinuitas artinya bahwa pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut merupakan proses yang berlangsung terus menerus tanpa mengalami kemandekan, merupakan suatu proses maju, bukannya berjalan di berfirman إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُواْ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسۡتَقَـٰمُواْ تَتَنَزَّلُ عَلَيۡهِمُ ٱلۡمَلَـٰٓٮِٕڪَةُ أَلَّا تَخَافُواْ وَلَا تَحۡزَنُواْ وَأَبۡشِرُواْ بِٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِى كُنتُمۡ تُوعَدُونَ ٣٠ Artinya Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka [dengan mengatakan] "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan [memperoleh] surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu". QS. Fushilat 30 Rasulullah bersabda اَحَبُّ الْعَمَلِ اِلَى اللّهِ مَا دَاوَمَ عَلَيْهِ صَاحِبُهُ وَاِنْ قَلَّ متفق عليهArtinya sebaik-baik amal menurut Allah adalah yang dilakukan oleh pemiliknya pelakunya terus menerus walaupun sedikit. HR. Multafaq alaihStrategi Pemasyarakatan Mabadi Khaira UmmahSebagai nilai-nilai universal, butir-butir Mabadi Khaira Ummah memang dapat menjadi jawaban langsung bagi problem-problem sosial yang dihadapi oleh masyarakat umum seperti yang disinggung di atas. Namun sosialisasi nilai-nilai tersebut harus dimulai dari diri sendiri. Dalam hal ini, dimulai dari warga Nahdlatul Khaira Ummah merupakan jalan panjang bagi terwujudnya obsesi warga Nahdliyin untuk menjadi umat terbaik khaira ummah yang dapat berperan positif di tengah-tengah masyarakatnya sehingga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, warga Nahdliyin dapat mewarnai dan menjadi acuan seluruh masyarakat bagi terbentuknya tatanan khaira ummah, atau dalam konteks kekinian dikenal dengan istilah masyarakat tataran implementasi, Mabadi Khaira Ummah sangat berkaitan dengan konsep amar makruf nahi munkar. Sebagaimana dimaklumi, istilah amar makruf nahi munkar pertama kali diperkenalkan Alquran dalam surat Al A’raf ayat 157 sebagai berikut يَأۡمُرُهُم بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡہَٮٰهُمۡ عَنِ ٱلۡمُنڪَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ ٱلطَّيِّبَـٰتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيۡهِمُ ٱلۡخَبَـٰٓٮِٕثَ Artinya ... menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk ... QS. Al A'raf 157 Lebih jauh dikatakan bahwa konsep amar makruf nahi munkar merupakan instrumen gerakan NU sekaligus barometer keberhasilan Mabadi Khaira Ummah sebagai sebuah karakter kaum terbentuknya masyarakat madani khaira ummah sangat dipengaruhi oleh sejauh mana kaum Nahdliyin mampu mengimplementasikan amar makruf nahi munkar. Maka dari itu komunitas yang termasuk dalam klasifikasi khaira ummah adalah kelompok yang mampu melakukan amar makruf nahi munkar di samping juga sifat-sifat yang lain. Sebaliknya upaya amar makruf nahi munkar secara benar akan dapat mewujudkan masyarakat doktrin di atas tentu memerlukan pemahaman dan perhitungan yang cermat, mengingat doktrin tersebut sangat berkaitan dengan realitas itu ulama NU memahami bahwa amar makruf adalah upaya memberikan motivasi kepada masyarakat agar berbuat baik dan bermanfaat bagi kehidupan manusia, baik dari sisi fisik maupun setiap umat Islam mempunyai kewajiban moral untuk melakukan aktivitas yang dapat memberikan implikasi positif bagi manusia aktivitas individu diupayakan mempunyai basis sosial yang cukup tinggi sehingga kemajuan yang diraih oleh seseorang secara otomatis memberikan dampak kemajuan terhadap orang dari interaksi antar individu ukhuwwah islamiyah akan tercipta interaksi sosial ukhuwah insaniyah dalam bingkai menuju cita-cita masyarakat madani ukhuwwah wathaniyyah.Sedankan nahi munkar adalah menolak dan mencegah segala yang dapat merugikan, merusak dan merendahkan nilai-nilai kehidupan dan tataran implementatif, nahi munkar sangat ditentukan oleh sejauh mana keberhasilan upaya amar makruf. Sebab keseimbangan peran keduanya dalam upaya pembentukan khaira ummah sangat menentukan corak implementasi pada tataran harus mengacu kepada upaya kemakmuran dan keadilan dengan pola persuasif dan pendekatan budaya lokal. Maka NU berpendapat bahwa implementasi amar makruf harus lebih diutamakan sampai terciptanya tatanan kehidupan manusia yang berikutnya adalah nahi munkar melarang berbuat kemungkaran. NU juga meyakinkan bahwa upaya pembentukan khaira ummah tetap mengacu kepada كَانَ اَمْرُهُ مَعْرُوْفًا فَلْيَكُنْ بِالْمَعْرُوْفِSiapa yang memerintah kebaikan, haruslah dengan cara yang baik pulaRangkumanNahdlatul Ulama adalah jamiah diniah islamiah yang didirikan oleh para ulama yang memiliki kesamaan visi dan misi keagamaan Islam Ahlussunnah Waljamaah. Ahlussunnah Waljamaah adalah golongan umat Islam yang mengikuti jejak Nabi Muhammad dan para syarat mutlak bagi anggota jumlah terutama golongan pemimpin harus memiliki karakter pejuang yang tercermin dalam kepribadiannya, yang terkenal dengan “mabadi khaira ummah”.Mabadi Khaira Ummah merupakan langkah awal pembentukan umat terbaik khaira ummah, yaitu suatu umat yang mampu melaksanakan tugas-tugas Waljamaah yang merupakan bagian terpenting dari kiprah Nahdlatul makruf nahi munkar merupakan dua sendi yang tidak dapat dipisahkan untuk mencapai kebahagian lahiriah dan batiniah. Prinsip dasar yang melandasinya disebut “mabadi khaira ummah”.5 prinsip mabadi khaira ummah adalah As Shidqu, artinya kejujuran pada diri sendiri, sesame dan kepada AllahAl Amanah wal Wafau bil’ahdi, artinya terpercaya dan taat memenuhi janji. Dapat dipercaya adalah sifat yang diletakkan pada seseorang yang dapat melaksanakan semua tugas yang dipikulnya, baik yang bersifat diniah maupun kemasyarakatan. Sedangkan tepat janji adalah melaksanakan semua perjanjian yang dibuatnya sendiri maupun perjanjian yang melekat pada kedudukannya sebagai orang Adalah berarti tegak lurus dalam meneguhkan rasa adil dan keadilan. Bersikap adil mengandung pengertian objektif, proporsional dan taat asas, sehingga dalam menempatkan sesuatu pada tempatnya selalu berpihak dengan kebenaran dan keadilan, menyalahkan yang salah dan membenarkan yang Taawun berarti saling menolong. Sikap ini merupakan sendi dalam tata kehidupan masyarakat. Yaitu manusia sebagai makhluk social tidak dapat hidup tanpa berinteraksi dengan masyarakat lainnya. Dengan kata lain at taawun adalah menjunjung tinggi solidaritas sesame manusia dan berinteraksi bahu membahu dalam hal kebaikan baik bersifat material maupun spiritualAl Istiqomah, artinya konsisten atau memegang teguh terhadap prinsip-prinsip utama dan tidak bergeser sedikitpun walau dalam kondisi khaira ummah adalah jalan panjang bagi terwujudnya obsesi warga Nahdliyyin untuk menjadi umat terbaik yang dapat berperan positif di tengah masyarakat. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan konsep Waljamaah. Karena Waljamaah merupakan barometer keberhasilan mabadi khaira ummah sebagai karakter kaum Nahdliyyin.
Muhammadiyahmerujuk pada Alquran Surat Saba’ Ayat 15 "baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur", yang artinya: sebuah negeri yang baik dan berada dalam ampunan Allah Swt. Kalimat tersebut oleh Muhammadiyah ditafsirkan sebagai Negara Pancasila. Sedangkan bagi NU jihad adalah sebagai mabadi’ khaira ummah, yaitu bersungguh-sungguh
p>Abstract This research is done for looking for formula of mabadi khaira ummah as a matter of character education in SMK Maarif 2 Gombong. Mabadi khaira ummah itself is concept and values of building good society resulted by Nahdlatul Ulama NU. Research want to know how to manage mabadi khaira ummahal. Research is qualitative with interview, investigation, and documentation, and also combining snowball sampling and purposive sampling techniques which the headmaster as the first informant and then some persons as informants. The research is done on April-August 2014 and turn to be checked on August-September 2017. Results of research are that mabadi khaira ummah is managed by headmaster of SMK Maarif 2 Gombong, not only in a specific lesson but also in some activities of school regularly, and that the headmaster also leads and moves all components managementally. The other result is that this research can build a pattern of management of education. Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk meneliti rumusan mabadi khaira ummah sebagai sebuah materi pendidikan karakter di SMK Maarif 2 Gombong. Mabadi khaira ummah itu sendiri merupakan konsep dan nilai-nilai tentang membangun masyarakat yang baik yang dihasilkan oleh Nahdlatul Ulama NU. Penelitian ingin mengetahui bagaimana manajemen mabadi khaira ummahal. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan wawancara, pengamatan, dan dokumentasi, dan juga menggabungkan teknik sampling snowball dan purposive sampling dengan kepala sekolah sebagai informan pertama dan kemudian sejumlah orang sebagai informan. Penelitian dilakukan April-Agustus 2014 dan kembali diteliti untuk penguatan pada Agustus-September 2017. Hasil penelitian ini adalah bahwa mabadi khaira ummah itu dikelola oleh Kepala SMK Maarif 2 Gombong, tidak hanya dalam mata pelajaran khusus tetapi juga dalam sejumlah kegiatan sekolah secara regular, dan bahwa kepala sekolah juga memimpin dan menggerakkan seluruh komponen sekolah secara manajerial. Hasil lain adalah bahwa penelitian ini dapat membangun suatu pola manajemen pendidikan.

Fial-Ijtimaâiyah (memasyarakat), artinya dihidupi oleh masyarakat. Madrasah atau pesantren dalam NU didirikan oleh masyarakat dan dibiayai sendiri oleh masyarakat. Ketika masyarakat mau belajar atau mau menyekolahkan Khittah NU dan Mabadi Khaira Ummah. Ketiga ajaran itu adalah pilar NU dan diharapkan konsep PSDM itu adalah pilar
Pada kurun waktu antara tahun 1935 sampai 1940, almarhum Kyai Haji Mahfoedz Siddiq, ketika beliau menjabat sebagai ketua PBNU, beliau melancarkan kampanye mengenai anjuran yang dilakukan dengan serius, terus-menerus dan terarah, khusus untuk mewujudkan pelaksanaan tiga akhlak oleh kaum muslimin umumnya dan kaum nahdiyin pada butir akhlak tersebut adalah Assidqu selalu benar, tidak berdusta kecuali diizinkan oleh agama, Al-Amanah Walwafa Bil'ahdi menetapi segala janji, dan Atta'awun saling tolong-menolong di antara anggota-anggota kader atau sesama muslim.Tiga butir akhlak ini dipilih dengan pertimbangan bahwa ketiga-tiganya sangatlah strategis sebagai landasan utama bagi terbinanya “umat terbaik” atau Khairul Ummah. Landasan utama tersebut tentunya harus dikembangkan dengan akhlak-akhlak karimah perilaku mulia.Alhasil, ketiga butir akhlak tersebut akhirnya diberi nama “Mabadi Khaira Ummah” atau dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai dasar-dasar permulaan menjadi umat Mabadi Khaira UmmahMabadi Khaira Ummah adalah gerakan pembentukan identitas dan karakter warga Nahdlatul Ulama melalui penanaman nilai-nilai yang dapat dijadikan prinsip-prinsip dasar untuk menjadi umat Mabadi Khaira Ummah merupakan langkah awal pembentukan umat terbaik, yaitu suatu umat yang mampu melaksanakan tugas-tugas Amar Ma'ruf Nahi Mungkar yang merupakan bagian terpenting dari kiprah NU karena kedua sendi mutlak diperlukan untuk menopang terwujudnya tata kehidupan yang diridhoi Allah Subhanahu Wa Ta'ala sesuai dengan cita-cita Nahdlatul Khaira Ummah adalah gerakan pembentukan identitas dan karakter warga NU melalui upaya penanaman nilai-nilai luhur yang digali dari paham keagamaan NU. Namun, karena nilai-nilai yang terkandung dalam pemahaman keagamaan Nahdlatul Ulama itu sangatlah banyak, maka dipilihlah nilai-nilai yang dapat dijadikan prinsip-prinsip dasar atau “Mabadi” sebagai langkah awal bagi pembentukan identitas dan karakter warga Mabadi Khaira Ummah kepada warga NU haruslah dilakukan secara intensif, terencana, dan berkelanjutan, melalui berbagai jalur yang dimiliki oleh Nahdlatul Ulama seperti forum Lailatul Ijtima. Upaya penanaman melalui kegiatan usaha bersama seperti yang pernah dirintis oleh NU pada masa yang lalu, akan lebih mempercepat tercapainya pembentukan identitas Mabadi Khaira Ummah yang dilakukan oleh generasi pertama ini ternyata telah berhasil menjadikan NU sebagai salah satu organisasi besar yang kokoh dan proses pertumbuhannya begitu cepat, tidak ubahnya seperti pertumbuhan umat Islam pada generasi pertama sebagaimana digambarkan dalam Al-Qur’ antara Mabadi Khaira Ummah dan Khittah NU terletak pada keterikatannya satu sama lain yang saling melengkapi. Khittah merupakan landasan, sedangkan Mabadi sebagai pelaksanaannya. Khittah adalah kepribadian yang dibentuk oleh ajaran Islam Ahlussunnah Waljamaah sebagai paham keagamaan tersebut kemudian menjadi landasan berpikir, bersikap dan bertindak warga NU yang harus tercermin dalam tingkah laku perseorangan maupun organisasi. Dengan demikian, Khittah merupakan sumber inspirasi bagi semua kegiatan NU dan demikian tuntutan untuk membangkitkan gerakan Mabadi Khaira Ummah setelah dicanangkannya Khittah NU, memang hampir merupakan konsekuensi karena Mabadi Khaira Ummah adalah butir-butir ajaran yang dipetik dari moral Khittah NU yang harus ditanamkan kepada tekad melaksanakan khittah NU itu sendiri menuntut pembenahan dan pengembangan NU demi meningkatkan ketangguhan organisasi dan aktualisasi potensi-potensi yang dimilikinya sesuai yang mutlak perlu dalam upaya berkarya nyata bagi pembangunan umat, bangsa dan sejarah Mabadi Khaira Ummah tak dapat dipisahkan dari jiwa asli NU yang kini disebut sebagai khittah NU. Mabadi Khaira Ummah adalah sunnah atau jejak para pemula al-sabiqun al-awwalun NU. Jika kembali ke khittah 26 Khittah NU dapat dimaknai sebagai pengikatan kembali dengan semangat dan Sunah para pemula ini, maka gerakan Mabadi Khaira Ummah adalah revitalisasi Sunah tadi mengingat relevansinya dengan kebutuhan masa kini, bahkan dengan kebutuhan segala zaman cukup jauh, pembangkitan kembali dan pengembangan gerakan Mabadi Khaira Ummah ini pun relevan dengan kebutuhan pembangunan bangsa dan negara yang sasaran utamanya adalah pembangunan sumber daya manusia SDM. Keberhasilan pembangunan bangsa ini akan tergantung pada upaya pembentukan manusia Indonesia yang tidak hanya memiliki keterampilan saja, tetapi juga memiliki watak dan karakter terpuji serta bertanggungjawab. Sebagian para ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan “Khaira Ummah” adalah mereka yang hijrah dari Mekah ke Madinah dan mereka yang ikut Perang Badar serta ikut rombongan Nabi ke Hudaibiyah sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibnu sebagian ulama lainnya berpendapat bahwa mereka yang dimaksud itu adalah umat Islam periode pertama dengan mendasarkan pada hadis berikut“Sebaik-baiknya umatku adalah apa di mana aku diutus kepada mereka kemudian orang-orang yang berikutnya.” HR AhmadAda juga ulama yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan “Khaira Ummah” adalah umat Islam pada setiap periode sepanjang syarat-syarat yang terkait dengan ayat tersebut QS. Ali-Imran 110 terpenuhi, yaitu beriman dan mampu melaksanakan Amar Ma'ruf Nahi Mabadi Khaira Ummah Salah satu tujuan besar dari gerakan Mabadi Khaira Ummah adalah untuk mendukung program pembangunan Nahdlatul Ulama, menangani masalah sosial dan ekonomi secara itu, gerakan ini juga bertujuan untuk membentuk sumber daya manusia menjadi kader-kader unggul yang siap berkiprah aktif dalam mengikhtiarkan kemaslahatan umat, bangsa dan negara yang tidak saja terampil, tetapi juga berkarakter terpuji dan bertanggung jawab. Dengan demikian, gerakan Mabadi Khoiru Ummah tidak saja relevan dengan program pengembangan ekonomi, tetapi juga pembinaan umumnya, kedua hal ini yang akan menjadi arah strategis pembangkitan kembali gerakan Mabadi Khaira Ummah kita nantinya, di samping bahwa sumber daya manusia yang dapat dikembangkan melalui gerakan ini pun akan menjadi karakter unggul yang siap berkiprah aktif dalam mengikhtiarkan kemaslahatan umat, bangsa dan negara pada penjelasan singkat mengenai pengertian Mabadi Khaira Ummah beserta Tujuannya. Semoga apa yang kami sampaikan bermanfaat. Wallahu A’lam
mabadikhaira ummah mabadi khaira ummah mabadi khaira ummah mabadi khaira ummah mabadi khaira ummah mabadi khaira ummah mabadi khaira MvMc.
  • omq6if26s7.pages.dev/354
  • omq6if26s7.pages.dev/132
  • omq6if26s7.pages.dev/415
  • omq6if26s7.pages.dev/250
  • omq6if26s7.pages.dev/129
  • omq6if26s7.pages.dev/56
  • omq6if26s7.pages.dev/478
  • omq6if26s7.pages.dev/105
  • mabadi khaira ummah artinya